Yogyakarta “Kota Budaya”
Yogyakarta. . . .
Mendengar kata “Yogyakarta“, angan kita pasti segera melayang ke sebuah Daerah Istimewa yang mempunyai berbagai keunikan budaya, kuliner, wisata, dan kota tujuan untuk menimba ilmu. Tak salah jika Yogyakarta dijuluki kota budaya, kota gudeg, atau kota pelajar. Ciri khas yang paling utama dari kota Yogyakarta adalah adanya Keraton Yogyakarta Hadiningrat . Hampir setiap kejadian penting yang diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dianggap sebagai ritual yang selalu diiringi dengan pertunjukan seni.
Keraton tak ubahnya sebagai pusat dari kebudayaan yang ada. Karena di dalam keraton terdapat benda-benda pusaka yang tidak hanya mempunyai nilai seni yang tinggi, tetapi juga mempunyai nilai sejarah terkait perjalanan Keraton ataupun Sultan. Benda-benda pusaka yang ada di dalam keraton diantaranya berupa senjata dan peralatan perang, bendera, berbagai kitab kuno, perangkat alat musik, wayang, kareta, dan tari-tarian.
Di Keraton Yogyakarta sendiri juga memiliki beberapa perangkat alat musik gamelan. Namun hanya 3 saja yang dianggap paling sakral/keramat. Ketiganya adalah :
1. Kyahi Guntur Laut
Sering disebut gamelan Monggang. Merupakan gamelan warisan turun temurun dari kerajaan Majapahit. Gamelan ini dianggap gamelan yang paling sakral. Disimpan di Bangsal kori sebelah timur, kompleks sitihinggil. Kyahi Guntur Laut hanya dimainkan dalam upacara kenegaraan yang sangat penting semisal upacara pelantikan Sultan, pernikahan kerajaan, dan upacara pemakaman Sultan.
2. Kyahi Kebo Ganggang
Merupakan seperangkat gamelan kuno, yang konon juga berasal dari kerajaan Majapahit. Merupakan gamelan ke 2 setelah Kyahi Guntur Laut. Biasa disebut Kodhok Ngorek atau Mahesa Ganggang. Gamelan ini dipercayai memiliki melodi yang “aneh” seperti pada gendhing kodhok ngorek ayam sepenan. Gamelan yang terletak di Bangsal Kori sebelah barat kompleks sitihinggil ini dimainkan pada acara resmi kenegaraan seperti upacara sunatan, atau upacara ulang tahun Sultan, dan untuk mengiringi prosesi gunungan di masjid agung.
3. Gamelan Sekati
Terdiri dari 2 buah gamelan, yakni Kyahi Guntur Madu dan Kyahi Naga Wilaga. Keduanya biasanya dimainkan di dalam masjid agung selama perayaan sekaten pada grebeg Maulid.
Selain perangkat gamelan, keraton Yogyakarta juga memiliki tarian sakral diantaranya beksan bedhaya, dan beksan lawung ageng. Beksan bedhaya dianggap sangat sakral karena konon diciptakan langsung oleh Sultan Agung (penguasa Mataram). Tarian ini dimainkan oleh 9 penari lelaki yang menyimbolkan 9 lubang pada manusia, dan juga 9 gerbang utama keraton, dan 9 struktur pada tubuh manusia.
Dengan berbagai ragam budaya yang ada, sudah sepantasnya jika Yogyakarta disebut juga Kota Budaya. Meskipun di era globalisasi, ternyata Yogyakarta tetap bisa mempertahankan “ciri khas” nya sebagai kota budaya yang selalu menarik minat wisatawan.
Mendengar kata “Yogyakarta“, angan kita pasti segera melayang ke sebuah Daerah Istimewa yang mempunyai berbagai keunikan budaya, kuliner, wisata, dan kota tujuan untuk menimba ilmu. Tak salah jika Yogyakarta dijuluki kota budaya, kota gudeg, atau kota pelajar. Ciri khas yang paling utama dari kota Yogyakarta adalah adanya Keraton Yogyakarta Hadiningrat . Hampir setiap kejadian penting yang diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dianggap sebagai ritual yang selalu diiringi dengan pertunjukan seni.
Keraton tak ubahnya sebagai pusat dari kebudayaan yang ada. Karena di dalam keraton terdapat benda-benda pusaka yang tidak hanya mempunyai nilai seni yang tinggi, tetapi juga mempunyai nilai sejarah terkait perjalanan Keraton ataupun Sultan. Benda-benda pusaka yang ada di dalam keraton diantaranya berupa senjata dan peralatan perang, bendera, berbagai kitab kuno, perangkat alat musik, wayang, kareta, dan tari-tarian.
Di Keraton Yogyakarta sendiri juga memiliki beberapa perangkat alat musik gamelan. Namun hanya 3 saja yang dianggap paling sakral/keramat. Ketiganya adalah :
1. Kyahi Guntur Laut
Sering disebut gamelan Monggang. Merupakan gamelan warisan turun temurun dari kerajaan Majapahit. Gamelan ini dianggap gamelan yang paling sakral. Disimpan di Bangsal kori sebelah timur, kompleks sitihinggil. Kyahi Guntur Laut hanya dimainkan dalam upacara kenegaraan yang sangat penting semisal upacara pelantikan Sultan, pernikahan kerajaan, dan upacara pemakaman Sultan.
2. Kyahi Kebo Ganggang
Merupakan seperangkat gamelan kuno, yang konon juga berasal dari kerajaan Majapahit. Merupakan gamelan ke 2 setelah Kyahi Guntur Laut. Biasa disebut Kodhok Ngorek atau Mahesa Ganggang. Gamelan ini dipercayai memiliki melodi yang “aneh” seperti pada gendhing kodhok ngorek ayam sepenan. Gamelan yang terletak di Bangsal Kori sebelah barat kompleks sitihinggil ini dimainkan pada acara resmi kenegaraan seperti upacara sunatan, atau upacara ulang tahun Sultan, dan untuk mengiringi prosesi gunungan di masjid agung.
3. Gamelan Sekati
Terdiri dari 2 buah gamelan, yakni Kyahi Guntur Madu dan Kyahi Naga Wilaga. Keduanya biasanya dimainkan di dalam masjid agung selama perayaan sekaten pada grebeg Maulid.
Selain perangkat gamelan, keraton Yogyakarta juga memiliki tarian sakral diantaranya beksan bedhaya, dan beksan lawung ageng. Beksan bedhaya dianggap sangat sakral karena konon diciptakan langsung oleh Sultan Agung (penguasa Mataram). Tarian ini dimainkan oleh 9 penari lelaki yang menyimbolkan 9 lubang pada manusia, dan juga 9 gerbang utama keraton, dan 9 struktur pada tubuh manusia.
Dengan berbagai ragam budaya yang ada, sudah sepantasnya jika Yogyakarta disebut juga Kota Budaya. Meskipun di era globalisasi, ternyata Yogyakarta tetap bisa mempertahankan “ciri khas” nya sebagai kota budaya yang selalu menarik minat wisatawan.
0 komentar:
Posting Komentar